Selasa, 20 September 2016

METERI METODE PENELITIAN ANTROPOLOGI


METODE PENELITIAN SOSIAL ANTROPOLOGI



 
            Rancangan penelitian merupakan rencana dan prosedur penelitian yang meliputi : dari asumsi – asumsi luas hingga metode – metode rinci dalam pengumpulan dan anilisi data. Racangan saya sajikan meski tidak secara runtut yang lazin, yang jelas, secara keseluruhan, keputusan ini melibatkan racangan seperti apa yang seharusnya digunakan untuk meneliti topic tertentu.
            Misalnya, dalam ( proposal ) penelitian, para peneliti perlu mengambil keputusan terkait degan asumsi – asumsi filosofis yang mendasari penelitian mereka, prosedur – prosedur ( yang juga sering di sebut sebagai strategi – strategi ) penelitian, dan metode – metode spesifik yang akan mereka gunakan dalam pengumpulan, analisis dan interpretasi data. Pemilihan atas satu rancangan penelitian juga didasarkan pada masalah, isu yang diteliti, pengalaman pribadi si peneliti, dan juga atau sasaran pembacanya.

TIGA JENIS RACANGAN PENILITIHAN
Ada tiga jenis rancangan penelitihan yang di sajikan penelitian yaitu kualittatif, kuantitatif, dan metode campuran. Pada hakikatnya, tiga pendekatan ini tidaklah terpisah satu sama lain seperti ketika pertama kali muncul. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif seharusnya tidak di padang sebagai antitesis atau dikotomi yang saling bertentangan keduanya hanya mempersentasikan hasil akhir yang berbeda, namun tetap dalam satu continuum ( Newman & benz, 1998 ). Suatu penelitian hanya akan lebih kualitatif ketimbang kuantitatif, atau sebaliknya. Adapun penelitian metode campuran berada di tengah continuum tersebut karena penelitian ini melibatkan unsur – unsur dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Ø  Peneiltian kualitatif
Merupakan metode – metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya – upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan prosedur – prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para partisipan. Menganalisi data secara induktif mulai dari tema – tema yang khusus ke tema – tema umum, dan menafsirkan makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam membetuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemakan kompleksitas suatu persoalan ( adaptasi dari Creswell 2007 ).

Ø  Penelitian kuantitatif
Merupakan metode – metode untuk menguji teori – teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antaravariabel. Variable – variable ini diukur biasanya dengan instrumem – instrument penelitian sehingga data yang terdiri dari angaka – angaka dapat dianalisi berdasarkan prosedur – prosedur statistic. Laporan akhri untuk penelitian ini pada umumnya memilliki struktur yang ketat dan konsisten mulai dari pendahuluan, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan (Creswell, 2008 ). Seperti halnya para peneliti kualitatif, siapa pun yang terlibat di dalam penelitian kuantitatif juga perlu memilki asumsi – asumsi untuk menguji teori secara deduktif, mencegah munculnya bias – bias, mengontrol penjelasan – penjelsan alternatif, dan mampu menggeneralisasi dan menerapkan kembali penemuan penemuannya.

Ø  Penelitian metode campuran
Merupakan pendekatan penelitian yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan bentuk kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi – asumsi filosifis, aplikasi pendekatan – pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan pencampuran ( mixing ) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian. Pendekatan ini lebih kompleks dari sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data ia juga melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif dan kuantitatif ( Creswell & Plano Clark, 2007 ).

TIGA KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENLITIAN
Ada dua titik tekan dalam setiap defenisi tadi, yaitu bahwa suatu pendekatan penelitian selalu melibatkan asumsi – asumsi filosofi dan metode – metode atau prosedur – prosedur yang berbeda – beda. Racangan penelitian, yang saya sebut sebagai rancana atau proposal untuk melaksanakn penelitian, melibatkan relasi antara asumsi – asumsi filosofi, strategi – strategi penelitian, dan metode – metode tertentu. Kerangka kerja yang saya gunakan untuk menjelaskan pertemuan antara tiga komponen ini dapat di lihat pada Gambar 1.1. secara detail, dalam merencanakan penelitian, para peneliti perlu mempertimbangkan tiga komponen penting, yaitu:
1)      asumsi – asumsi padangan dunia ( worldview ) filosofi yang mereka bahwa ke dalam penelitiannya.
2)      Strategi penelitian yang berhubungan dengan asumsi – asumsi tersebut.
3)      Metode – metode atau prosedur – prosedur spesifik yang dapat menerjemahkan strategi tersebut ke dalam praktek nyata.
Dalam menjelaskan pandangan dunia filosofis, peneliti setidak – tidaknya perlu menyertakan dalam proposalnya satu bagian khusus yang membahas sejumlah hal berikut:

·         Pandangan dunia filosofis yang diusulkan dalam penelitian.
·         Pertimbangan – pertimbangan dasar mengapa pandangan dunia tersebut digunakan.
·         Bagaimana pandangan dunia itu membentuk pendekatan penelitian.

STRATEGI – STRATEGI PENELITIAN
Para peneliti hendaknya jangan hanya memilih penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuram untuk diterapkan, mereka juga harus manetukan jenis penelitian dalam tiga pilihan tersebut. Strategi – strategi penelitian merupakan jenis – jenis rancangan penelitian kualitatif, kuantitatif dan metode campuran yang menetapkan prosedur –prosedur khusus dalam penelitian dengan istilah pedekatan penelitian ( Creswell, 2007 ) atau metodologi penelitian ( Martens 1998 ).
Strategi – strategi yang tersedia bagi peneliti sebenarnya sudah muncul bertahun – tahun lalu saat teknolgi computer telah mempercepat aktivitas kita dalam menganalisis data – data yang rumit. Strategi – strategi tersebut hadir ketika manusia sudah mampu mengartikulasikan prosedur – prosedur baru dalam melakukan penelitian ilmu sosial. Pilihlah salah satu dari strategi – strategi penelitian yang sering kali digunakan dalam ilmu sosial.

Strategi – strategi kuantitatif
Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi –strategi penelitian yang berkaitan dengan rancangan kuantitatif selalu melibatkan pandangan dunia post positivis, strategi – strategi ini meliputi eksperimen – eksperimen nyata, eksperimen – eksperimen yang kurang rigid yang sering di sebut dengan kuasi eksperimen dan penelitian korelasional  ( Campbell & Stanley, 1963 ), dan eksperimen –eksperimen single subject ( Cooper, Heron, & Heward, 1987; Nauman & McCormick, 1995 ).
Namun, dewasa ini, strategi  - strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen – eksperimen yang lebih kompleks dengan semua variable dan treatmentnya ( seperti rancangan faktorial dan rancangan repeated measure ). Strategi – strategi kuantitatif juga meliputi model – model persamaan structural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode – metode kausalitas dan identifikasi kekuatan variable – variable ganda. dalam hal ini saya lebih fokus pada strategi penelitian kuantitatif, yakni survei dan eksperimen.
·         Penelitian survei
Berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini suatu populasi tertentu dengan meneliti satu simple dari populasi tersebut. Penelitian ini meliputi studi – studi cross – sectional dan longitudinal yang mengunakan kuesioner atau wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi populasi berdasarkan sampel yang sudah di tentukan ( babbie 1990 ).
·         Penelitian eksperimen
Berusaha menetukan apakah suatu treat-ment memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada suatu kelompok ( sering di sebut kelompok treatment, penj ) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain ( sering di sebut kelompok control, penj ), lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menetukan hasil terakhir. Penelitian ini mencakup eksperimen actual dengan penugasan acak ( random assignment ) atas subjek – subjek yang ditreatment dala kondisi – kondisi tertentu, dan kuasi eksperimen dengan prosedur – prosedur non acak ( Keepel, 1991 ). Termasuk dalam eksperimen adalah rancangan single – subject.

Strategi – strategi kualitatif
Untuk penelitian kualitatif, strategi – strateginya sudah mulai bermunculan sepajang tahun 1990-an dan memasuki abad XX. Tidak sedikit sedikit buku yang telah membahas strategi  kualitatif ini ( seperti 19 strategi yang di perkenalkan oleh Wolcott, 2001 ). Bahkan, pendekatan – pendekatan didalam penelitian kuliatatif tertentu sudah memilki prosedur – prosedur yang lengkap dan jelas. Misalnya, clandinin dan Connelly ( 2000 ) telah membuat deskripsi komprehensif tentang apa yang arus dilakukan oleh seorang peneliti naratif. Moustakas ( 1994 ) juga telah membahas doktrin – doktrin filosofis dan prosedur – prosedur dalam metode fenomenologi, sedangkan strauss dan corbin ( 1990 1998), memperkenalkan prosedur – prosedur untuk penelitian grounded theory. Wolcott ( 1999 ) menjabarkan prosedur – prosedur etnografis, dan stake ( 1995 ) merekomendasikan sejumlah proses yang harus di lakukan dalam penelitian studi kasus.

·         Etnografi
Merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam perieode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan dat wawancara ( Creswell, 2007 ). Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi dalam merespons kenyataan – kenyataan hidup yang di jumpai di lapangan ( LeCompte & Schensul, 1999 ).

·         Grounded theory
Merupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti “ memproduksi “ teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari pandangan – pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori – kategori atas informasi yang diperoleh ( Charmaz, 2006; strauss dan Corbin, 1990,1998 ). Rancangan ini memeliki dua karakteristik utama, yaitu:

1.      Perbadingan yang konstan antara data dan kategori – kategori yang muncul.
2.      Pengambilan contoh secara teoretis ( theoretical sampling ) atas kelompok – kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan informasi.

·         Studi kasus
Merupakan strategi peneilitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus – kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan ( Stake, 1995 ).

·         Fenomenologi
Merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman – pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur – prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relative lama di dalamnya untuk mengembangkan pola – pola dan relasi – relasi makna ( Moustakas, 1994 ). Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman – pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami pengalaman – pengalaman partisipan yang ia teliti ( Nieswiadomy, 1993 ).

·         Naratif
Merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan individu – individu dan meminta seorang atau kelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronolgi naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus mengambungkan dengan gaya naratif pandangan – pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan – pandangannya tentang kehidupan peneliti sendiri ( Clandinin & Connelly, 2000 ).

Sabtu, 17 September 2016

Sosial Dan Kebudayaan suku teluk wondama papua barat



SEJARAH DAN KEBUDAYAAN SUKU TELUK WONDAMA


BAB I
PENDAHULUHAN

Latar Belakang
Wilayah Kabupaten Teluk Wondama sebagian berada di dataran besar Pulau Irian, sebagian merupakan pulau-pulau dan sebagian lainnya perairan (Teluk Cenderawasih). Luas kabupaten secara keseluruhan sekitar 4.996 Km2. Secara geografis wilayah kabupaten terletak antara 132°35’ - 134°45’ BT dan 0°15’ - 3°25’ LS* dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Distrik Ransiki Kabupaten Manokwari dan Teluk Cenderawasih
Sebelah Timur: Teluk Cenderawasih dan Distrik Yaur Kabupaten Nabire
Sebelah Selatan: Distrik Yaur Kabupaten Nabire
Sebelah Barat: Distrik Yuri dan Idoor Kabupaten Teluk Bintuni
Kabupaten Teluk Wondama saat ini hanya dapat dijangkau melalui udara dan laut. Gerbang utama kabupaten ini adalah Wasior. Jarak dari ibukota Propinsi (Manokwari) ke Kota Wasior sekitar 110 mil laut.
Rumusan Masalah
·         Sejarah Kabupaten teluk wondama
·         Sosial dan kebudayaan
1.      Suku
2.      Upacara Adat
3.      Kesenian
4.      Kerajinan
5.      Makanan
6.      Tradisional
·         Demografi
Tujuan
            Memberikan sebuah gambaran kepada setiap orang bahwa kebudayaan dan sejarah adalah hal terpenting yang harus kita pelajari dalam kehidupan manusia dan yang paling terpenting yaitu kita para pemuda pemudi dan anak bangsa papua untuk selalu mencintai dan menjaga kebudayaan kita.

BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Kabupaten Teluk Wondama
Wilayah Kabupaten Teluk Wondama semula merupakan bagian dari Kabupaten Manokwari. Dengan berkembangnya semangat otonomi daerah dan untuk mempercepat pembangunan di berbagai kawasan, maka pada tahun 2002 dilakukan pemekaran terhadap Kabupaten Manokwari berdasarkan UU No. 26 Tahun 2002. Berdasarkan UU tersebut, Kabupaten Manokwari dimekarkan menjadi tiga kabupaten, yaitu: Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, dan Kabupaten Teluk Wondama.
Kabupaten Teluk Wondama diresmikan dan memperoleh status otonom pada tanggal 12 April 2003. Tahun-tahun pertama setelah pembentukannya merupakan tahun-tahun transisi dimana belum ada kelembagaan eksekutif maupun legislatif di Kabupaten ini. Peraturan Daerah pun – dengan demikian - belum ada, sehingga masih mengacu kepada peraturan yang berlaku di kabupaten induk. Selain itu, sarana dan prasarana perkantoran pun masih jauh dari memadai sehingga banyak kegiatan yang masih harus dilakukan dari kota Manokwari. Selama masa transisi tersebut, pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama dipimpin oleh seorang pejabat Bupati (caretaker), yaitu Bapak Drs. Alberth H. Torey dan dengan Sekretaris Daerah, yaitu Drs. Frans W. Fymbay. Tugas pokok pejabat bupati adalah: membentuk kelembagaan pemerintah, menyiapkan infrastruktur pemerintahan, dan melaksanakan Pemilu 2004.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Teluk Wondama sebagai hasil Pemilu 2004 baru terbentuk/dilantik pada tanggal 4 April 2005. Adapun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) baru dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2005. Dari Pilkada tersebut terpilih Bapak Drs. Alberth H. Torey dan Dra. Marice Kaikatuy sebagai Bupati dan Wakil Bupati pertama Kabupaten Teluk Wondama. Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati dilangsungkan pada tanggal 20 Oktober 2005.
Jika menengok kembali sejarah proses pembentukan serta pelaksanaan Pemerintahan dan Pendidikan di Tanah Papua, maka pemerintahan di Teluk Wondama sebenarnya telah dimulai sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda dengan kronologi sebagai berikut :
Tahun 1907
Zending mulai melaksanakan kegiatan di bidang gereja yang berpusat di Yende (P. Roon) bersamaan dengan Pelaksanaan Pemerintahan yang berpusat di Aisandami.
Tahun 1915
Pos Pemerintahan di pindah ke Warwai (Sekarang Dotir)
Tahun 1920
Pos Pemerintahan dipindahkan ke Wasior.
Tahun 1925
Daerah Wandamen (Wasior) ditetapkan sebagai Onderdistrict di bawah Onderafdeling Manokwari
Tahun 1952
27 tahun kemudian Ransiki ditetapkan sebagai Onderafdeling, dimana Onderdistrict Wandamen berada dibawah Onderafdeling Ransiki.
Tahun 1953
Onderdistrict Wandamen ditingkatkan menjadi Onderafdeling dibawah Afdeling Gelvink Bay.
Tahun 1963
Penyerahan pemerintahan kepada Pemerintah RI, maka Onderafdeling (HPB) dirubah menjadi KPS Wandamen.
Tahun 1972/1973
Pemerintahan KPS Wandamen dirubah menjadi Kecamatan. KPS Wandamen dibagi menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu: Kecamatan Wasior dan Kecamatan Windesi.



Sosial Dan Kebudayaan
Suku
Suku besar yang mendiami wilayah Kabupaten Teluk Wondama adalah suku Wamesa. Selain itu terdapat suku asli lainnya, yaitu suku Sough. Adapun suku pendatang di wilayah ini berasal baik dari Papua mupun luar Papua, antara lain dari Biak , Sorong, Merauke, Serui, Key, Bugis Makassar, Manado, dan Jawa. Jumlah suku pendatang sekitar sembilan persen dari jumlah keseluruhan penduduk.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat setempat masih banyak bergantung pada alam sekitarnya. Mereka memanfaatkan hutan dan laut sekitar untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, maupun perumahan. Umumnya mereka mengambil atau memanfaatkan sumberdaya alam sekitar seperlunya saja.
Pada masyarakat adat Wamesa di wilayah pesisir, sebagaimana ditunjukkan oleh hasil studi pt. Yalhimo (2004), pemanfaatan sumberdaya alam sekitar adalah sebagai berikut:
• Mangrove,
bagian yang dimanfaatkan meliputi batang, dahan, ranting, serta kulit. Batang/dahan mangrove dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan rumah, untuk membuat tiang belo, dan untuk kayu bakar. Kulit manggrove dipakai sebagai bahan obat tradisional untuk pengobatan penyakit kulit (kudis).
• Pohon Nipah,
bagian yang dimanfaatkan adalah daun yang digunakan untuk membuat atap rumah. Penyaringan sari nipah juga sering dilakukan untuk diminum karena mengandung alkohol.
• Pohon Sagu,
bagian yang dimanfaatkan adalah batang, pelepah dan daunnya. Batang sagu diproses untuk diambil patinya. Pati sagu ini menjadi bahan makanan pokok bagi masyarakat. Adapun pelepahnya digunakan untuk bahan dinding rumah dan daunnya untuk bahan atap rumah. Pohon sagu yang ditebang umumnya yang telah berbunga karena pohon sagu yang demikian mengandung banyak pati.
• Masyarakat juga memanfaatkan tumbuhan tali sebagai bahan obat penyakit dalam (direbus),
            kayu lawang untuk membuat minyak lawang, mengambil kayu buah (macaranga) atau kayu jenis lain yang berdiameter kecil untuk tiang-tiang rumah, rotan untuk pengikat tiang rumah, serta mengambil masoi dan gaharu untuk dijual.
Upacara Adat
Macam acara/upacara adat yang diselenggarakan oleh suku asli Kabupaten Teluk Wondama, antara lain:
• Wamendereow
Wamendereow, atau ada juga yang menyebutnya Parwabuk, adalah upacara adat pernikahan. Dalam upacara ini biasanya seluruh warga kampung berkumpul berkumpul dan menghampar tikar di kediaman pengantin pria.
• Kiuturu Nandauw
Kiuturu Nandauw, atau biasa juga disebut Kakarukrorbun, adalah upacara adat potong rambut pertama kali pada anak berusia 5 tahun.
Selain upacara-upacara adat di atas, juga terdapat kebiasaan-kebiasaan adat lainnya, seperti : tikam telinga, membawa anak keluar rumah untuk pertama kali sejak kelahirannya, membuat kajang rumah kubur, dan membuka pintu rumah baru. Juga terdapat tradisi yang sudah berlangsung lama yang dilakukan pada perayaan tahun baru, yaitu menggosok muka dengan arang yang dicampur dengan minyak kelapa.
Pada sebagian masyarakat juga ada kebiasaan untuk membawa hasil panen pertama ke gereja dan disana berdoa mengucap syukur dengan harapan hasil panen berikutnya akan lebih baik dan dan lebih banyak. Sebagai contoh, buah pinang panen pertama dibawa ke gereja dan setelah berdoa buah pinang tersebut dinikmati bersama dengan anggota jemaat lainnya.

Kesenian
Masyarakat asli Kabupaten Teluk Wondama memiliki berbagai bentuk kesenian seperti tari dan musik. Tarian dan musik digelar pada upacara-upacara adat, pada penyambutan tamu, dan pada hari-hari besar tertentu. Jenis tarian dan alat musik yang dipergunakan diantaranya sebagai berikut:
• Ris
Ris atau Sifieris berarti dansa adat. Dansa adat ini digelar sebagai bagian dari upacara adat dan dilakukan dengan iringan nyanyian disertai alat musik tifa (pondatu) dan gong (mawon). Tifa terbuat dari kulit ular. Syair nyayian disesuaikan dengan makna upacara yang dilakukan.
• Balengan
Balengan adalah tarian pergaulan yang biasanya dibawakan oleh pemuda-pemudi atau anak-anak remaja di kampung secara berpasangan. Tarian ini tidak berbeda jauh dengan yosim pancar yang biasa kita kenal.
Balengan ditarikan mengikuti irama musik yang dimainkan dengan tempo sedang hingga cepat tergantung dari lagu yang dilantunkan. Alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari: gitar bolong, gitar kecil yang disebut juglele, gitar bass besar (stand-bass), dan alat musik tabuh (tifa).
• Suling Bambu
Suling bambu dimainkan dalam kelompok yang sedikitnya terdiri dari 6 orang. Empat orang memainkan suling bambu, masing-masing dengan ukuran yang berbeda, menghasilkan suara sopran, alto, tenor, dan bass. Dua orang lainnya menabuh tifa/tambur dengan diameter yang berbeda satu sama lain. Tambur biasanya terbuat dari kulit rusa.
Suling bambu dimainkan pada acara-acara penyambutan tamu, kegiatan gereja/keagamaan, mengantar/menguburkan jenasah. Untuk acara duka biasanya tidak diiringi dengan tambur.
• Tumbu Tanah
Tumbu tanah atau Tarian Ular biasanya dilakukan oleh penduduk dari etnis sough. Tumbu tanah ini dilakukan untuk perayaan-perayaan tertentu. Bagian kepala ular dipimpin oleh satu orang sambil memegang sebuah parang.
KERAJINAN
Kegiatan kerajinan yang dilakukan secara turun-temurun dan hingga kini masih banyak dilakukan, khususnya oleh kelompok perempuan, adalah ketrampilan anyam noken dan membuat tikar, termasuk membuat tikar dari daun palem.
Makanan Tradisional
• Tau
Tau, atau ada juga yang menyebutnya Aries, adalah makanan tradisional suku Wamesa. Makanan ini terbuat dari sagu dan kelapa parut yang dibungkus dengan daun sagu dan kemudian dibakar di atas bara api. Tau merupakan makanan sehari-hari yang juga disajikan sebagai pelengkap pada setiap acara adat.
Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Teluk Wondama pada tahun 2004 tercatat 19.946 jiwa terdiri dari 4.393 Kepala Keluarga (KK). Kepadatan penduduk rata-rata 3,99 jiwa/Km2 dengan laju pertumbuhan 2,24 % per tahun.