KONSEP DASAR
KEPERAWATAN JIWA
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang MAHA ESAH atas berkat dan
rahmatnya saya bisa menyelesaikan Makala ini tepat pada waktunya. Saya
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan namun saya
membutukan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi makalah
saya.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2
Rumusan
Masalah………………………………………………………………..
1.3
Tujuan…………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Psycoanalitycal ( freud, erickson )………………………………………………..
2.2
Interpersonal ( Sullivan, peplau)………………………………………………….
2.3
Social ( Caplan, Szasz)……………………………………………………………
2.4
Existensial ( Ellis, Rogers)………………………………………………………..
2.5
Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)……………………………………….
2.6
Medica ( Meyer, Kraeplin)………………………………………………………..
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya namun kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual,
emocional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras
dengan orang lain dengan indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif
terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan,
kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam
beradaptasi dengan lingkungan maka Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta
terbebas dari stress yang serius.
1.2 Rumusan
Masalah
Mengetahui dan memahami
konsep – konsep yang di ungkapkan oleh para ahli yang terdiri dari 6 model
keperawatan yaitu :
1. Psycoanalitycal
( freud, erikson )
2. Interpersonal
( sulivan, peplau )
3. Social
( caplan, szas )
4. Eristensial
( ellis, rogers )
5. Supportive
terapy ( wermon, rockland )
6. Medical
( meyer, karaplin )
1.3 Tujuan
Agar
dapat membatu mahasiswa PRODI D III KEPERAWATAN Manokwari untuk dapat
mengetahui tentang hal kesehatan jiwa, sehat mental dan ganguan jiwa dalam
proses memahami konsep kesehatan keperawatan jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psycoanalitycal ( freud, erickson
)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt
terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan
akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori
ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya
ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara
sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan
kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya.
Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan
metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic
masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan
semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan
assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor
yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua,
pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2.2
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa
seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (Anxiety). Ansietas
timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang
lain (interpersonal). Menurut
konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya
membangun rasa aman pada klien), Trusting
Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang
saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga
klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan
sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh
klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya
bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat
memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan
dengan orang lain.
2.3 Social (
Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami
gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan
factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create
stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam
konsep model ini adalah environment manipulation and social support (
pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut
model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada
di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana
dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
2.4 Existensial
( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan
perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya
dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci
diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah :
mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami
riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai
panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept
self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien
dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk
memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya
melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran
diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.
2.5 Supportive
Therapy ( Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah:
factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah
bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan
pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi
pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa
lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan
respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu
kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai
alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan
identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist
berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan
coping klien yang adaptif.
2.6 Medica ( Meyer,
Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung
muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic,
lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap
melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose,
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan jiwa, ilussi,
halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model keperawatan jiwa, pakar
keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan jiwa, terapi aktifitas kelompok,
diagnosa keperawatan, psikopat,
3.2 Saran
Bagaimana kita harus memahami konsep
dasar keperawatan jiwa, khususnya bagi setiap perawat di Jurusan KEPERAWATAN D
III Manokwari, karena setiap konsep – konsep ini akan terjadi pada saat proses
di lapangan maka petingnya dasar keperawatan jiwa untuk lebih diperdalami lebih
jauh lagi. supaya menjadi bekal pada saat kasus – kasus yang natinya kita
dapati di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar